Return to site

Korporasi Harusnya Ikut Bertanggung Jawab Sampah Plastik

· tas spunbond jakarta

Penggunaan plastik di masyarakat cukup memprihatinkan | tas spunbond jakarta

broken image
Ia lebih menyayangkan kepada produsen yang menggunakan plastik pembungkus untuk produknya tanpa tanggung jawab untuk mengelolanya, namun malah melimpahkan kewajiban kepada pemerintah.

"Mestinya itu yang mesti tanggung jawab, penghasil sampah yang bertanggung jawab ke sampahnya.

Kebijakannya masyarakat yang harus membayar itu tidak pas, sebenarnya ya mereka yang membuat bungkus plastik," tegasnya.

"Penggunaan plastik cukup memprihatinkan di masyarakat. Memang kami BLH sudah melakukan pengelolaan di TPA, dengan di-recycle, dari plastik kosmetik menjadi plastik ember, menjadi pot, menjadi tali plastik. Namun upaya itu hanya bisa menunda saja," ujar Suyana.

Sebetulnya, ia kurang setuju dengan kebijakan plastik berbayar ini.

Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Suyana, mengaku, tak bisa menghitung jumlah produksi sampah plastik di Kota Yogyakarta, karena tidak ada pihak yang mau mengakui sampah-sampah plastik tersebut.

Ia mencontohkan, produksi sampah plastik untuk bungkus mie instan saja bisa mencapai 15 juta bungkus yang menyumbang sampah cukup besar.

Limbah plastik yang ada pun seharusnya juga tanggung jawab perusahaan korporasi yang memproduksi, bukan pemerintah saja.

Penggunaan plastik di masyarakat cukup memprihatinkan, pasalnya seluruh produk yang ada mayoritas menggunakan bahan plastik.

BLH Ingin Harga Kantong Plastik Dibuat Lebih Mahal | tas spunbond jakarta

Namun hadir juga para pedagang pasar tradisional di Kota Yogyakarta yang juga bersepakat dapat menerapkan kebijakan ini secara bertahap, termasuk Muspika dan didukung oleh Kepolisian setempat.

Berslogan 'Belanja Cantik, Tanpa Plastik', acara penandatanganan bersama pemerintah, para pelaku ritel dan masyarakat ini diharapkan dapat mengurangi sampah plastik, menuju Indonesia Bebas Sampah pada tahun 2020 mendatang.

"Pemerintah kota tidak akan menetapkan bayarnya, namun kami rekomendasikan sebaiknya dengan harga mahal. Semisal di atas Rp5.000 per plastik. Kalau hanya 200 perak saja per plastik, ga bakal berhasil. Konsumen harus dibiasakan tidak menggunakan plastik," ujar Suyana.

Pada penandatanganan komintmen bersama pengurangan pengunaan plastik ini tak hanya dihadiri oleh pelaku usaha ritel.

Namun, pihaknya merekomendasikan harga yang diberikan dapat lebih mahal supaya konsumen dapat berfikir dua kali untuk berbelanja menggunakan plastik.

Ia mengatakan, langkah ini nantinya dapat mendorong perusahaan plastik untuk dapat membuat jenis plastik degradable atau plastik yang mudah didaur ulang, sehingga dapat mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan.

Terkait kebijakan plastik berbayar, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta, Suyana, menuturkan, Pemerintah Kota Yogyakarta tidak akan menetapkan harga bayar dari plastik berbayar.

Pasalnya, Pemkot Yogyakarta bersama-sama dengan masyarakat telah melakukan penandatanganan komitmen bersama pengurangan penggunaan kantong plastik pada Hari Sampah Nasional di Acara Car Free Day Tribun Jogja, Minggu (21/2/2016).

Dalam waktu dekat ini, toko-toko ritel di Kota Yogyakarta tidak akan menyediakan kantong plastik setiap transaksi belanja kepada masyarakat.

Sosialisasi Kantong Plastik Berbayar Dilakukan Bertahap | tas spunbond jakarta

Dalam sosialisasi itu, pedagang diminta turut berperan aktif untuk mengurangi penggunaan kantong plastik dengan cara diganti pembungkus kertas atau kardus.

Harapannya, hal itu akan berdampak pada masyarakat sehingga keberadaan sampah kantong plastik dapat ditekan.

Rencananya guna mengimplementasikan himbauan itu, BLH akan menggandeng Dinas Pasar untuk memberikan pemahaman kepada pedagang. Hal ini dilakukan lantaran belum semua pedagang mengetahui informasi ini.

"Mengingat sebagian pedagang di pasar tradisional sudah berusia lanjut," katanya.

"Sehingga perlu adanya solusi yang mengarah pada penekanan produksi sampah di masyarakat, termasuk sampah plastik," kata Kepala Bidang (Kabid) Kebersihan dan Pertamanan BLH Sleman, Indra Darmawan, Senin (22/2/2016).

Jumlah tersebut berdasarkan perhitungan setiap warga Sleman menghasilkan 2,5 meter kubik sampah setiap harinya, termasuk di dalamnya sampah plastik.

Estimasi BLH Sleman, kapasitas sampah rumah tangga yang dihasilkan setiap harinya mencapai 3.200 meter kubik.

Terlebih meski masih berupa himbauan, kebijakan itu bertujuan untuk menekan sampah plastik.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) berusaha memberikan pemahaman bagi masyarakat terkait kebijakan yang diiniasi oleh Pemerintah Pusat itu.

"Kantong plastik tetap diperlukan, seperti saat membeli daging, kan tidak mungkin dicampur. Hanya saja jumlah terbatas, tidak setiap beli sesuatu pakai kantong plastik," kata dia.

Rista mengatakan terkadang penjual tidak memahami meskipun sudah menyiapkan kantong belanja sendiri. Sehingga seringkali kantong plastik tetap didapatkan dari pedagang.

"Sangat dipengaruhi kebiasaan, kalau saya sendiri kurang nyaman jika belanja banyak kantong plastik yang dibawa," ujarnya.

Seperti yang dirasakan Rista (34) warga Trimulyo, Sleman. Ia mengaku setiap kali ke pasar selalu membawa kantong belanja yang bisa digunakan berulang kali.

kebijakan yang mendukung pelestarian lingkungan itu disambut baik oleh kalangan pembeli. Pasalnya banyaknya plastik yang didapat saat berbelanja di pasar menambah tumpukan sampah plastik di rumah.

"Kami akui sulit merubah kebiasaan, tapi bukan berarti tidak bisa diupayakan," paparnya.