Return to site

Ibnu Sina Kampanyekan Belanja Tas Ramah Lingkungan

· tas spunbond lusinan

Sosialisasi Kebijakan Pengelolaan Persampahan | tas spunbond lusinan

broken image

Dikatakan, untuk di Kota Banjarmasin saat ini memang kekurangan lahan untuk dijadikan tempat penampungan sampah seperti TPA, TPS dan TPST. Selain itu, warga pun enggan menghibahkan lahannya untuk menjadi TPS dan TPST.

Biasanya warga mau menghibahkan lahannya buat masjid. Padahal, menghibahkan lahan untuk TPS gunanya sama mendapatkan amal jariah. “Kita mengajak warga dan pengembang perumahan agar mau menghibahkan lahannya untuk penampungan sampah.

Sebab untuk pembuatan TPA Regional sendiri masih dalam perencanaan dan diperkirakan baru terlaksana pada beberapa tahun mendatang. Itu pun tempatnya di Kota Banjarbaru,’’ demikian Satker PSPLP Kementerian Pekerjaan Umum Ir Herry
Safanur.

Sedangkan Satker PSPLP Kementerian Pekerjaan Umum, Ir Herry Safanur juga beranggapan tambahan uang Rp200 yang dikeluarkan masyarakat membeli kresek boleh dibilang sangat rendah. Padahal tujuan utama yang ingin dicapai adalah pengurangan sampah plastik yang saat ini menghantui daerah ditanah air termasuk Banjarmasin.

“Jika kita belanja Rp50-100 ribu, nilai Rp200 tidak ada apa-apanya. Harusnya satu kresek dijual Rp30 ribu, agar masyarakat mengganti kantong belanja mereka,’’ ungkapnya.

Jadi, kata Ibnu Sina, aturan tersebut untuk mengurangi penggunaan plastik dan mengganti kantong yang ramah lingkungan, dengan begitu toko ritel di Kota Banjarmasin dilarang menyediakan kantong plastik.

Bahkan saat ini Pemerintah Kota Banjarmasin melalui Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Banjarmasin terus melakukan sosialisasi kepada warga dan toko ritel. Menurutnya, sampah kantong plastik merupakan bahan yang sulit terurai.

“Silahkan masyarakat membawa bakul atau kantong belanja dari rumah. Kita sangat serius ingin mengurangi sampah plastik di Banjarmasin dalam rangka mengurangi pencemaran dan ini salah satu usaha untuk menjaga lingkungan,’’ ucap Walikota Ibnu Sina setelah melakukan kunjungan ke SKPD-SKPD di lingkungan Pemko Banjarmasin.

Dijelaskan Ibnu Sina, aturan ini merupakan penegasan aturan yang sebelumnya dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang dinilai malahan menguntungkan ritel. “Aturan pemerintah kantong plastik tidak gratis. Namun uang Rp200 yang dibayar konsumen sangat kecil sehingga tetap menggunakan kresek,’’ terangnya.

Menyusul rencana Pemko Banjarmasin yang akan memberlakukan aturan baru larangan ritel dan pusat belanja modern menyediakan kantong plastik mulai 1 Juni nanti, Walikota Banjarmasin Ibnu Sina mengharapkan mulai sekarang masyarakat bisa menggunakan tas yang ramah lingkungan.

Bahkan melalui Peraturan Walikota Banjarmasin Nomor 18 Tahun 2016, masyarakat harus membawa kantong belanja sendiri dari rumah mulai awal bulan Juni, selain bisa menggunakan bakul juga tas kantong yang ramah lingkungan, kata Walikota Banjarmasin Ibnu Sina kepada wartawan, di sela-sela Sosialisasi Kebijakan Pengelolaan Persampahan dan Sosialisasi Perubahan Perda Rektribusi Pelayanan Persampahan dan Kebersihan, di Aula Pemko Banjarmasin, Rabu (26/5).
 

Inilah Kantong Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Singkong | tas spunbond lusinan

Hal sederhana yang bisa kawan GNFI lakukan untuk mengurangi penggunaan plastik yaitu dengan membangun tren dan budaya untuk menggunakan kantong belanja ramah lingkungan atau yang bisa digunakan berkali-kali. Selain itu dengan mengajak orang terdekat dengan melakukan hal yang sama juga akan meminimalisir jumlah penggunaan kantong plastik.

Enviplast sendiri telah dikenalkan ke masyarakat pertama kali pada ajang olahraga Sea Games ke-26 tahun 2011 di Palembang. Hingga kini Enviplast telah memproduksi lebih dari 300 kantong plastik dengan bahan dasar singkong di Indonesia dan beberapa diantaranya di ekspor. Penjualan di Indonesia sendiri belum meluas karena harganya 2 kali kantong plastik biasa, namun sosialisasi dan edukasi pasar terus dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan.

Uniknya, Enviplast dapat terurai dalam jangka 3-6 bukan dengan bantuan mikroorganisme dan air, lebih cepat daripada plastik biasa yang membutuhkan waktu lama hingga jutaan tahun. Bahkan sisa uraiannya dapat menjadi kompos dan aman dimakan oleh hewan. Kelebihan lainnya yakni akan larut dan lembek apabila terkena air dan tetap utuh apabila terkena minyak panas.

“Enviplast adalah sebuah terobosan baru, karena tidak terbuat dari bahan yang berasal dari minyak bumi. Bahan utama Enviplast terbuat dari bahan-bahan alami yang dapat diperbaharui, seperti tepung singkong (atau pati alami lainnya), turunan minyak nabati dan bahan alami lainnya. Hal ini menjadikan Enviplast ramah lingkungan, aman bagi pertumbuhan tanaman, dan tidak berbahaya bagi hewan-hewan, baik di daratan maupun di dalam air,” ujar Herman Moeliana, Presiden Direktur PT Inter Aneka Lestari Kimia seperti dilansir dalam swa.co.id.

Sebagai salah satu upaya untuk mengurangi penggunaan plastik di Indonesia, Enviplast muncul di tengah masyarakat sebagai salah satu produk kantong plastik berbasis ramah lingkungan dari Indonesia yang didirikan oleh Herman Moelina, Presiden Direktur PT Inter Aneka Lestari Kimia.

Menurut PBB, 10% plastik yang diproduksi setiap tahun di seluruh dunia berakhir di laut dan 70% diantaranya tenggelam di dasar laut, bahkan diantaranya tidak terurai. Seperti yang dilansir dalam tempo.com, menurut Algita Marine Research Foundation, kantong plastik menyebabkan kematian banyak hewan laut (ikan, penyu, dll), tiap tahunnya karena hewan mengira plastik adalah makanan.

Tahukah kawan GNFI bahwa menurut Riset Greeneration, per kepala orang Indonesia dapat menghasilkan rata-rata 700 kantong plastik per tahun. Bayangkan dengan pemakaian sebanyak itu ada berapa banyak pohon yang ditebang dan berapa barel minyak yang digunakan. Padahal umumnya plastik membutuhkan waktu sekitar 100 hingga 500 tahun untuk dapat terurai secara sempurna.

Adanya pencemaran lingkungan yang diakibatkan menumpuknya sampah plastik menjadi salah satu isu lingkungan yang dianggap serius. Berbagai upaya untuk mengurangi dampak dari pencemaran sendiri banyak dilakukan oleh banyak negara termasuk Indonesia. Pemerintah Indonesia pernah berupaya untuk menekan jumlah sampah plastik saat itu dengan kebijakan kantong plastik yang pernah diterapkan ke masyarakat bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional (HSPN).

Secara tidak sadar kita telah tergantung pada penggunaan plastik. Penggunaan plastik cenderung meningkat dan akibatnya dapat memberikan dampak negatif pada lingkungan.

Pasar Tradisional Wajib Pakai Plastik Ramah Lingkungan | tas spunbond lusinan

Lebih jauh Hamdi menjelaskan, penggunaan kresek sebenarnya paling banyak disumbang oleh pasar tradisional sebesar 70 persen. Sementara pasar modern atau ritel hanya menyumbang sampah plastik sebesar 30 persen saja di Banjarmasin.

“Untuk pasar modern berjalan dengan lancar. Kedepan kita akan masuk pasar tradisional yang penuh tantangan dan pastinya kerja keras,” demikian Hamdi.

Dijelaskan Hamdi, oleh karena respon masyarakat kita yang sanfat bagus maka pihaknya mencanangkan program ini dengan sasaran lebih luas. Sehingga mulai tahun depan, program pengurangan sampah plastik merambah ke pasar tradisional di kota Seribu Sungai dimulai dengan mengganti kresek yang ada saat ini dengan jenis yang lebih ramah lingkungan.

“Untuk pasar tradisional kita ganti denhan kresek ramah lingkungan. Tidak mungkin langsung diterapkan plastik berbayar karena harus bertahap,” jelas Hamdi.

Karena ini juga, Kementrian Lingkungan Hidup sangat apresiasi terhadap program pengurangan sampah kresek yang juga akan digalakkan di pasar tradisional. “Hanya Banjarmasin yang sangat konsisten dengan program plastik berbayar, bahkan Banjarmasin sudah masuk tahapan lebih dalam melarang penjualan kresek di toko modern,” ungkap Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Banjarmasin Drs H Hamdi, Jumat (28/7).

Pemko Banjarmasin dinilai pemerintah pusat sebagai satu-satunya kota di Indonrsia yang paling konsisten dalam penerapan plastik berbayar pada semua ritel dan toko modern.