Return to site

Dari Tangan Hijrah Purnama, Limbah Sampah Menjadi Berkah

Produk daur ulang | spunbond bag

broken image

Sejak berdiri sampai sekarang alhamdulillah sudah banyak capaian yang dapatkan, awal bekerja tanpa pegawai sekarang sudah ada lima pegawai tetap yang membantu kami. Dulu belum punya showroom, sekarang sudah ada walaupun bentuknya masih minimalis. Dulu belum pernah kirim barang keluar negeri, sekarang sudah beberapa kali “mengimpor” sampah ke Philipine, Jepang, Amerika dan Jerman. Tentunya semua itu kita syukuri dengan rasa syukur yang luar biasa.

Selama mengelola Butik Daur Ulang bukan tanpa hambatan. Semua usaha pasti setiap usaha ada kendalanya. Selama ini yang kami alami, mulai dari bahan baku, bank sampah, pegawai, produk, pemasaran pernah menjadi masalah. Kesempatan “bermasalah” itu kita jadikan sebagai sarana belajar. Konsepnya adalah learning by doing. Jadi enjoy-enjoy saja pas ada masalah.

Hijah purnama melihat sespon masyarakat semakin hari semakin baik, masyarakat saat ini sudah terbiasa dengan slogan 3R (reduse. reuse and recycle). Sudah lumayan tidak risih lagi melihat produk daur ulang.

Sudah jauh sekali peningkatannya ketika kami baru mulai di tahun 2008. Setiap produk tentunya sudah dipikirkan segmennya, kami mengejar segmen mahasiswa dan ibu-ibu. Mahasiswa kami sediakan berbagai produk seperti tempat pencil, tas laptop, backpack dan lainnya. Sedangkan ibu–ibu kami sediakan tas belanja ke pasar, tas laundry dan lain-lain.

“Bersaing dengan produk terkenal? Wah tidak ada apa-apa nya, produk kita dibandingkan produk mereka,” katanya.

Jadi, kami selalu mengatakan jika memakai produk daur ulang ini tidak hanya membuat kami untung, tapi lebih dari 600 orang juga akan diuntungkan dengan program ini. Disamping nilai-nilai lingkungan yang begitu besar yang bisa kita dapatkan dari program ini.

Pengelolaan Bank Sampah ini juga cukup unik, jika bank sampah lain hidup dari hasil tabungan nasabah melalui pemotongan langsung berupa biaya adminitrasi, berbeda dengan sistem kami.

Kami tidak melakukan pemotongan sedikit pun dari sampah yang ditabungkan oleh masyarakat.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kami menghidupi bank sampah kami? Ya, dari jualan produk, kami memutar semua keuntungan penjualan untuk biaya pengelolaan, termasuk kegiatan sosialisasi yang kami lakukan setiap bulannya, promosi, pameran dan kegiatan lainnya.

Sampah-sampah tersebut saat ini Hijrah Purnama dapat dari masyarakat. Lalu dikelola dalam bentuk Bank Sampah.

Tapi berbeda dengan bank sampah pada umumnya, kami hanya menerima sampah kemasan. Tentunya sebelum menabung kami mensosialisasikan tata cara penabungan, pengelolaan rekening, dan pencairan dana. Saat ini telah ada 150 nasabah yang tercatat dalam sistem kami. 150 nasabah ini bukan berarti 150 orang, tapi jika dihitung jumlah orangnya bisa mencapai 600 orang, karena 1 nomor rekening bisa terdiri dari 60 sampai 80 orang.

Lalu mengapa plastik? Mengapa tidak sampah jenis lain? Hijrah melanjutkan ceritanya. Menurutnta, plastik itu banyak jenisnya, kalau menurut referensi ada tujuh jenis plastik HDPE, PE, PP dan lain-lain.

Kami memilih jenis plastik kemasan dengan lapisan alumunium foil. Berbeda dengan plastik yang lain dapat didaur ulang menjadi produk lain.

Tapi jenis plastik beralumuniumlah yang kami fokusi, karena plastik jenis ini tidak laku dijual, membuat pemulung-pun tidak mau mengambil jenis plastik ini.

Padahal kita tahu jumlah sampah jenis ini terus meningkat, hampir semua produk dibungkus dengan kemasan. Kadang orang membeli produk tidak mementingkan isi tapi lebih tergoda karena melihat kemasannya.

“Sambutannya luar biasa, satu tahun pertama kami sudah bisa membuat beberapa desa secara sukarela mengumpulkan sampah plastik yang dihasilkan setiap rumah untuk disetorkan kepada kami,” kata Hijrah Purnama bercerita.

Bagai juragan sampah profesional, setiap satu minggu sekali mereka mengambil sampah plastik dari warung burjo dan beberapa rumah warga. Hampir satu tahun penuh, tiap Sabtu dan Minggu, mereka memilah, menghitung, mencuci dan menjemur sampah plastik.

Sambil berjalan mengelola daur ulang sampah plastik, empat sekawan ini melatih komunikasi dengan masyarakat sekitar. Awalnya mereka melakukan sosialisasi pengelolaan sampah di beberapa desa di wilayah Sleman, Bantul dan Kota Yogyakarta.

Sejak itu, tepatnya bulan April 2008, Hijrah bersama tiga orang teman lainnya bergerilia dari warung burjo satu ke warung lainnya, dari cafe dan sebagainya. Tak ada satu potong sampah plastik yang luput dari ‘radar’ empat sekawan itu (dua mahasiswa S1 dan dua lagi mahasiswa S2).

Mirip Archimedes, Hijrah melonjak dari tempat duduknya. Tak perlu berpikir jauh-jauh. Apa yang dicarinya ada di depan matanya. Mendaur ulang sampah plastik dan mengubahkan menjadi aneka ragam tas dan kebutuhan kita sehari-hari. Hijrah bersama koleganya menamakan usaha daur ulang sampahnya yakni Project B Indonesia.

Kisah plastik menjadi produk unik ini berawal dari ‘keterusikan’nya melihat serakan sampah plastik di sekitar warung bubur kacang ijo (hijau) langganannya. Waktu itu Hijrah masih duduk sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Islam Indonesia. “Ada yang nganjel di hati gitu”, kenangnya.

“Diapain ya sampah-sampah ini?” Meski masih samar hendak diapakan tumpukan sampah plastik tersebut, Hijrah dibantu beberapa temannya tetap mengumpulkan sampah-sampah plastik, mencuci sampai bersih lalu dikumpulkan di kamar kost.

Produk kerajinan dari limbah yang prospektif | spunbond bag

Dengan ide yang kreatif kini barang bekas yang sudah di sulap menjadi barang jadi dan unik ini sudah bisa menembus pasar menengah keatas dengan harga yang fantastis. Bahkan menurut pantauan tabloid peluang usaha tahun 2007 omset XS Project bisa tembus puluhan juta rupiah perbulannya.

Untuk merealisasikan usaha sosial tersebut Ann membeli 5 mesin jahit dan limbah plastik. Limbah yang di gunakan adalah plastik detergen, plastik pasta gigi. Sementara bahan pendukung buatan pabrikan yang harus di beli adalah benang, jarum, dan resleting. Usaha ini di awali dari rumah sebagai tempat produksi, dan pada tahun 2007 ia menyewa sebuah lahan di kawasan Cipete Utara, Jakarta Selatan dengan luas 50 meter persegi, sekaligus fasilitas menginap para pekerja.

Kisah Sukses XS Project (Produsen Limbah Plastik)


Menurut pelaku usaha yang sudah berkecimpung di produk limbah ini sejak tahun 2004, yaitu Ann Marie Wizer. Ann adalah seorang wanita kelahiran Washington yang tinggal di Indonesia, ia mendirikan sebuah yayasan XS project yang bertujuan bergerak di bidang sosial untuk membantu mengangkat harkat dan martabat orang miskin dan pemulung-pemulung di Kota Jakarta. Ann memperdayakan mereka agar bisa mandiri, lalu mereka diajarkan cara membuat tas dan produk kerajinan dari bahan limbah plastik.

Biasanya bahan baku barang bekas yang digunakan oleh perajin kreatif ini adalah seperti limbah kertas, karton, kayu, dan plastik (botol). Semua bahan baku tersebut akan di poles sedemikian rupa sehingga memiliki nilai seni dan terlihat unik serta menimbulkan daya tarik tersendiri. Bahkan usaha kerajinan limbah ini cocok sekali untuk usaha rumahan atau skala usaha kecil.

Kerajinan tangan berbahan baku limbah saat ini sudah menjadi tren dan merupakan peluang bisnis menguntungkan, bagaimana tidak.. dengan bahan baku yang murah usaha ini terus berkembang apalagi bisa diterima oleh pasar nasional dan internasional.

Barang bekas yang sudah di modifikasi dengan kreatifitas tinggi ini memberi nilai tambah tersendiri bahkan siapa saja akan tertarik untuk memilikinya sebagai contoh dalam membuat bingkai foto, souvenir, bahkan tas-tas cantik yang bisa dipakai oleh kaum wanita berjiwa fashion. Tentunya barang-barang bekas (limbah) ini akan bernilai tinggi jika disulap dengan kreatifitas yang memadai.

Memanfaatkan Limbah Rumah Tangga Menjadi Bernilai Ekonomis | spunbond bag

Berbagai bagian sayur dan buah yang tidak terpakai biasanya akan langsung dibuang ke tong sampah begitu saja. Padahal limbah sayur dan buah ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos untuk membuat tanaman-tanaman di sekitar rumah Anda menjadi subur.

Daripada mengeluarkan uang untuk membeli pupuk kimia di toko, lebih baik membuat pupuk kompos Anda sendiri dengan memanfaatkan limbah dapur Anda tersebut. Selain gratis, pupuk kompos juga jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pupuk kimia. Anda bisa melihat cara pembuatan pupuk kompos dari limbah rumah tangga melalui gambar di atas.

Disadari atau tidak, plastik menjadi salah satu limbah yang paling banyak ditemukan dalam limbah rumah tangga. Daripada membuang plastik begitu saja, ada baiknya mulai sekarang Anda berpikir untuk menghasilkan uang melalui limbah ini.

Cara memanfaatkan limbah plastik adalah dengan mengubahnya menjadi kerajinan rumah tangga. Melalui botol-botol minuman plastik atau plastik detergen dan makanan lainnya, Anda bisa membuat berbagai kerajinan yang menarik seperti tas, pot bunga, hingga aksesoris interior lainnya.

Mungkin Anda berpikir jika masalah sampah ini adalah PR besar bagi pemerintah. Namun pada kenyataannya, limbah rumah tangga ini juga adalah tugas Anda sebagai penghasil limbah.

Untuk membuat lingkungan sekitar Anda terjaga kebersihannya sekaligus membuat tugas pemerintah menjadi lebih ringan, ada baiknya mulai dari Anda mulai memanfaatkan limbah-limbah tersebut untuk keperluan sehari-hari.

Setiap rumah pasti akan menghasilkan berbagai jenis limbah rumah tangga. Jenis limbah tersebut biasanya berupa sampah dari dapur rumah seperti sisa sayur-sayuran, botol plastik, kantung kresek dan sebagainya.