Return to site

Mantan Office Boy Ketiban Untung Olah Pelepah Pisang

Limbah pelepah pisang disulap menjadi kerajinan yang mendulang rupiah | goody bag company

broken image

Di saat pemerintah baru berwacana mengembangkan industri kreatif, Hakim dengan kemandiriannya secara nyata melakukannya. Bahkan, dengan tekadnya itu, ia ingin mengubah saung bambunya menjadi sanggar kerajinan. Mengenakan nama Sumber Utama Craft Indonesia (Suci), ia sudah mulai merintis pelatihan-pelatihan kerajinan. “Saya bermimpi punya sanggar kerajinan dan itu yang belum kesampaian,” ujar Hakim.

Setelah menceritakan pengalamannya, Hakim mengajak untuk melihat proses pengerjaan kerajinannya. Di atas saung bambu seukuran tiga meter persegi berbahan bambu di depan rumahnya, Hakim memperkenalkan bahan-bahan dan perkakasnya. Mulai dari gergaji, pahat, ukuran, ampelas, dan lain-lain. Saung bambunya memang masih kecil, tapi di balik itu, Hakim punya cita-cita besar yang tercapai.

“Selama ini resep saja. Ada kebanggan, dagang dari usaha sendiri dan bikin pembeli puas,” ujarnya tersenyum.

“Dijual di sekitar Serang saja. Keliling pakai ontel,” kata Hakim memperlihatkan sepeda bututnya yang terpakir di depan rumahnya yang terletak di sudut gang tak jauh dari SD Negeri 7 Serang di Kaujon. Hakim juga memasarkan barangnya ke daerah Jakarta, Bekasi, dan Depok. Bukan soal uang yang didapat untuk memperbaiki taraf ekonominya, pria kelahiran Jakarta 48 tahun silam ini mengaku bangga bisa membuat kerajinan. Terlebih, bisa menjadi mandiri tanpa harus bergantung dengan bantuan pemerintah.

Karena membuatnya cukup rumit, untuk kaligrafi kayu seukuran 50 centimeter kali 40 meter ia patok dengan harga Rp350 ribu. Sedangkan pernak-pernik lain ia patok harga mulai Rp15 ribu hingga Rp50 ribu, sesuai besar kecilnya ukuran. Perlahan-lahan dan telaten, Hakim memasarkan kerajinan tangannya dari kampung ke kampung mengenakan sepeda ontel.

Ia tak menarget harus berapa banyak dalam sekian waktu. Dibantu oleh istri dan ketujuh anaknya, Hakim dapat membuat celengan sebanyak 20 biji dalam sehari. Sedangkan kaligrafi, ia hanya bisa membuat dua buah dalam sehari. “Itu mulai nulis, menempel, sampai pernis,” ujar Hakim.

Awalnya, Hakim memang mengandalkan bahan utama pelepah pisang. Belakangan, ia mengembangkan kerajinan lain dari limbah kayu dan bambu. “Sekarang saya tambah limbah peti (kayu palet) dijadikan kerajinan,” katanya sembari memperlihatkan kaligrafi bertuliskan Ayat Kursi yang masih sedikit basah setelah dipernis.

Sembari menyuguhkan kopi hitam tanpa gula, penuh antusias Hakim menyambut cerita pengalaman yang dituturkan istrinya. Beberapa karyanya ia tunjukkan, mulai dari pernak-pernik berbahan pelepah pisang, celengan bambu, pernak-pernik badak bercula satu, dan kerajinan kaligrafi berbahan kayu.

“Kalau sekarang ya harus buat dengan sebaik mungkin. Karena kalau pembeli senang, kita ikut senang,” kata Ismawati.

Setelah mulai ada keuntungan, perlahan Hakim memperbaiki kualitas kerajinannya. Awalnya, yang hanya dikerjakan seadanya, ia terus memperbaiki. Bahkan menambah ornamen-ornamen pemanis dan memberi pengilat menggunakan pernis.

Lantaran tak punya banyak modal, Ismawati menceritakan perjuangan suaminya yang sempat menggunakan lem perekat dari nasi dan tepung aci yang diolah sendiri. “Bahannya saja mengandalkan dari kebun,” katanya tersenyum.

Masa-masa sulit itu juga dibenarkan Ismawati yang ikut menemani Hakim dari nol. Dengan penuh bangga, perempuan kelahiran Serang 42 tahun silam ini merasa bahagia memiliki suami yang pantang menyerah. “Kalau pertamanya ya pahit, tapi sekarang mah senang saja,” katanya sambil mengayunkan si bungsunya yang baru berusia satu tahun di pangkuannya.

Namun, kegigihan langkahnya menggeluti usaha itu secara mandiri membuatnya bertahan hingga berjalan 22 tahun lamanya. “Tiga bulan awal belum ada hasil sama sekali. Tapi, dijalani terus sampai setelah tiga tahun di Jakarta, kita pindah ke sini (Kota Serang),” Hakim mengenang.

Bagaimana tidak, usahanya yang dimulai hanya bermodal ide dan limbah pelepah pisang dari kebunnya, sempat tak menghasilkan uang sepeser pun selama tiga bulan lamanya. Padahal, di awal 1996 saat memulai usaha mandirinya itu, ia sudah memutuskan berhenti dari pekerjaan lamanya sebagai office boy di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Sementara, pada masa itu, Ismawati, istri Abdul Hakim, baru saja melahirkan buah hati pertamanya.

Abdul Hakim sempat tertatih-tatih merintis usaha. Tak hanya kayu, limbah pelepah pisang pun disulap menjadi kerajinan yang mendulang rupiah.

“Pahit kalau diingat, tapi indah kalau dirasakan,” ungkapan ini muncul saat Abdul Hakim berkisah pengalamannya membangun usaha kerajinan tangannya, seperti mengutip JPNN, Minggu (12/3/2017).

Pengrajin asal Ciputat Olah Pelepah Pisang jadi Produk Unggulan | goody bag company

Dalam sehari di standnya memiliki omset sebesar Rp 500 ribu hingga Rp 1juta. Bagi pengjung pameran untuk mendapatkan barang antik, unik dan menarik terbuat dari pelepah pisang ini, tidak perlu merogoh kantong terlalu dalam lantarab cukup menyiapkan uang sebesar Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu.

“Bahan baku lain yang digunakan adalah limbah triplek yang masih bisa digunakan. Jadi limbah triplek kita sortir, kalau masih bisa digunakan kita ambil. Sedangkan pelepah pisangnya kita memanfaatkan limbah kebun pisang warga,” jelasnya.

Kreativitas yang dibuat dari pelepah pisang itu ada berbagai macam bentuk atau jenis seperti kendaraan motor, mobil, becak, sepeda, vas bunga, tempat tisu, tempat air minum dan lain sebagainya.

“Usaha tersebut berawal dari kita berpikir bahwa hari ini Tangsel bicara tentang budaya, bicara tentang budaya tentu juga berkaitan dengan kebiasaan dan untuk hal itu kita menciptakan kebiasaan yang memang positif dengan berkreatifitas memanfaatkan pelepah pisang ini,” ungkap Ino Farhan.

Ino Farhan mengatakan, usaha kerajinan yang dirintisnya tersebut sudah berjalan satu tahun dengan target pemasarannya untuk semua kalangan dari anak muda hingga orangtua.

Dari tangan kreatif Ino Farhan (40), warga Ciputat, Kelurahan Cipayung (40) ini, pelepah pisang dibuat berbagai handycrafts yang antik, unik dan menarik.

Salah satunya ditunjukkan oleh pengrajin asal Ciputat yang memamerkan produk unggulannya di pameran yang digelar di Lapangan ITC BSD Serpong, Tangsel. Produk unggulan berupa handicraft tersebut menggunakan bahan pelepah pisang.

Pameran Produk Unggulan Daerah dalam peringatan Hari Koperasi Daerah (Harkopda) Kota Tangerang Selatan yang digelar Dinas Koperasi dan UKM, benar-benar dimanfaatkan optimal oleh para penggiat Koperasi dan pelaku UKM.

Limbah Pelepah Pisang Disulap Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomis | goody bag company

Untuk memperkenalkan produk ini ke Pasaran, para perajin dan aparat desa setempat bekerja sama dengan Dekranasda Kabupaten Lampung Selatan, mengikuti sejumlah pameran kerajinan di sejumlah Kota di Indonesia.

Kreasi unik limbah pelepah pohon pisang ini juga mampu membantu perekonomian warga di Kampung Perajin. Para perajin bekerja sama dengan warga sekitar untuk membuat kerajinan pelapah pisang dari pengumpulan bahan baku hingga proses pembuatan kerajinan.

Kerajinan pelepah pisang ini memiliki nilai seni yang cukup tinggi karena dibuat dengan menggunakan keterampilan tangan dan sangat kental dengan nuansa alam.

Tidak saja mampu mendorong ekonomi masyarakat Desa Margo Rejo yang 90 pesren memiliki pekerjaan sebagai petani, kegiatan warga menciptakan produk kerajinan limbah pelepah pisang ini juga dilakukan guna mendorong program Pemerintah desa setempat menjadikan desa mereka sebagai sentra produksi kerajinan tangan.

Proses pembuatan kerajinan pelepah pisang ini dilakukan melalui beberapa tahapan, dari pengumpulan bahan baku pelapah pisang, kemudian proses pengeringan pelapah pisang, dengan cara dijemur secara alami, kemudian pelepah pisang yang sudah kering kemudian dibentuk menjadi anyaman kerajinan, seperti sandal limbah pohon pisang, kotak tisu, vas bunga serta pernak pernik kerajinan lainnya yang semuanya terbuat dari limbah pelepah pohon pisang.

Bahan baku kerajinan ini tentu tidaklah sulit untuk didapatkan. Karena hampir di setiap rumah perajin memiliki tanaman pohon pisang yang dapat diambil pelepahnya untuk dijadikan kerajinan.

Inilah aktifitas warga, para perajin limbah pelepah pohon pisang, di Desa Margo Rejo, Jati Agung, Lampung Selatan. setiap harinya para perajin ini menyisihkan waktu untuk berkarya dengan membuat kerajinan yang terbuat dari limbah pelepah pisang.