Return to site

Sulap Eceng Gondok Jadi Tas Elegan nan Mewah

Jangan remehkan enceng gondok | goody bag

broken image

“Jadi, kesan kalem dari paduan coklat acorn dan putih membuat Straw Naomi sangat cocok untuk acara casual. Baik saat liburan di musim panas, ataupun saat sekedar jalan-jalan dan bersantai. Tas unik ini bakal memberikan kesan mewah dalam acara sederhana tersebut,” tutup wanita asli Surabaya ini.

Warna putih untuk kulit tak asal dipilih. Warna putih dipilih untuk melengkapi kesan kalem dan netral yang ada.

“Meskipun tampil beda dengan enceng gobdok, bahan kulit wajib ada. Ini untuk memberi sentuhan elegan pada tas,” beber Yenny.

Anyaman enceng gondok juga memberikan kesan tradisional. Kesan tersebut berhasil dipadukan apik dengan sentuhan modern. Sentuhan kekinian itu berasal dari bahan kulit yang berwarna putih.

“Tas dengan warna netral ini menjadi sangat cocok untuk wanita yang ingin tampil beda dengan sentuhan anyaman yang ada,” ujar Store Manager Michael Kors, Adelina Yenny, di Tunjungan Plaza, Selasa (14/6).

Warna pucat pada enceng gondok diubah menjadi coklat acorn. Warna khas tanah itu memberikan kesan mewah pada tas tersebut.

Enceng gondok yang memiliki mineral tinggi itu dikeringkan. Setelah itu, enceng gondok dirajut dengan teknik anyam vertikal.

Bahan dari tumbuhan air mengapung ini seolah ingin menggebrak tradisi yang ada. Dimana tas mewah identik dengan bahan kulit mewah dan warna terang.

Terinspirasi dari unik dan indahnya enceng gondok, brand fashion asal Amerika Serikat menyulapnya menjadi tas mewah yang dinamakan Straw Naomi.

Tak hanya sedap dipandang, di tangan yang tepat, tanaman gulma ini mampi disulap menjadi barang eksotis.

Jangan remehkan enceng gondok. Tanaman khas Nusantara ini memiliki banyak kegunaan.

Sido Muncul Kampanye Lingkungan Lewat Iklan Komersial | goody bag

Keseriusan pesan menjaga lingkungan dan membersihkan alam itu sudah disiapkan dengan langkah lanjutan. PT Sido Muncul Tbk siap memberi pelatihan dan memberi tutorial pengolahan eceng gondok menjadi sumber energi kepada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan.

Irwan mengaku, ia akan konsisten mempromosikan pariwisata Indonesia melalui iklan-iklan produk unggulannya Kuku Bima Energi. Upaya itu sudah dilakukan sejak tahun 2009 hingga sekarang. Tercatat ada Papua, Labuhan Bajo, Sumatera Utara, Nias, Borobudur, Semarang, Kalimantan, Prambanan, Danau Toba, Gunung Merapi, dan juga Gorontalo sudah menjadi "korban" promosi PT Sido Muncul Tbk.

"Sejauh ini efeknya bagus. Masyarakat dan pemerintah ikut merasakan manfaat iklan itu dengan naiknya jumlah wisatawan, terutama iklan Labuan Bajo.”

Irwan Hidayat yang seringkali melewati tepian Rawa pening kemudian menugasi tim riset untuk mengolah sampah eceng gondok yang ditumpuk itu. Hasilnya luar biasa. Sampah itu akhirnya berhasil diubah menjadi sumber energi. Diolah menjadi briket, serupa briket batu bara, juga diolah menjadi pupuk organik (karena kandungan nitrogen yang tinggi).

"Kalau semua bergerak, saya siap menampung sampah itu. Setorkan ke pabrik kami. Biar kami olah menjadi bahan bakar. Berapapun jumlahnya, kami siap membeli," kata Irwan Hidayat.

Upaya pembersihan eceng gondok selain tak mudah karena tumbuhnya sangat cepat, juga menyisakan persoalan dimana gulma air itu akan dibuang. Selama ini masyarakat hanya membuangnya dengan menumpuk di tepi jalan. Sebagian memang sudah mampu memanfaatkan menjadi kerajinan berupa tas, sepatu, sandal, dan lain-lain.

"Namun itu eceng gondok yang batangnya memiliki panjang tertentu. Nah, akar dan daunnya serta batang yang pendek-pendek kan nggak bisa diolah," kata Irwan.

Pembuatan iklan yang cukup menarik perhatian masyarakat itu dilakukan di tengah rawa pening, melalui pintu masuk jembatan biru desa Surupan Kabupaten Semarang.

Ade Rai bersama sejumlah bintang iklan lain dan juga masyarakat setempat, mendayung perahu ke tengah rawa dan harus melalui permukaan air yang tertutup eceng gondok. Di tengah Rawa Pening itulah adegan inti iklan ini direkam dengan drone.

Irwan Hidayat menyebutkan, jika upaya pembersihan rawa pening sukses dilakukan, danau alam ini diharapkan bisa menjadi destinasi wisata baru. Bahkan bisa menjadi kompetitor danau toba atau Sun Moon Lake di Taiwan.

"Tourism itu kan berkelanjutan dan berpengaruh ke semua sendi kehidupan masyarakat," kata Irwan.

Menurunnya kemampuan daya tampung adalah karena sedimentasi dan tumbuhnya gulma eceng gondok. Sedimentasi itu terutama disebabkan akar eceng gondok. Berbagai langkah kreatif untuk memanfaatkan eceng gondok lebih bernilai ekonomis, ternyata tak bisa menekan pertumbuhan eceng gondok yang tiap hari sudah dibersihkan itu.

"Saya berharap iklan Kuku Bima Energi ini bisa memberi inspirasi bagi pemangku kepentingan, khususnya pemerintah untuk bergerak bersama, membebaskan Rawa pening dari eceng gondok," kata Irwan.

Direktur PT Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat menjelaskan, alasan utama membuat iklan ini bukan semata-mata memasarkan produk minuman energi, akan tetapi juga mengkampanyekan perlunya menyelamatkan lingkungan.

"Rawa Pening ini luasnya 2.700 hektar. Namun kemampuan menampung air hanya 20 juta meter kubik. Bandingkan dengan Sun Moon Lake di Taiwan yang hanya 827 hektar namun memiliki kedalaman hingga 30 meter sehingga memiliki kemampuan volume air lebih besar," kata Irwan Hidayat.

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, kembali membuat terobosan dalam positioning-nya sebagai perusahaan besar. Kali ini PT Sido Muncul, Tbk memproduksi iklan Kuku Bima Energi dengan bintang binaragawan Ade Rai. Syuting iklan dilakukan di sekitar Danau Rawa Pening, Ungaran, Semarang.

Berbeda dengan iklan produk biasanya, iklan Kuku Bima Energi kali ini justru memilih lingkungan yang rusak. Ya, Rawa pening yang memiliki luas 2700 hektar itu, ternyata tertutup gulma eceng gondok hingga 70 persen.

Risma Habiskan Rp 2 Miliar untuk Tas Eceng Gondok | goody bag

Dalam konferensi yang digelar setiap 20 tahun sekali itu, selain membahas isu lingkungan, juga akan dibahas isu-isu strategis terkait perumahan, permukiman dan perkotaan, untuk menghasilkan suatu kesepakatan yang bersifat global.

Di dunia, konferensi tersebut masih dua kali digelar, yakni pada 1976 di Canada, dan pada 1996 di Istanbul, Turki.

"Di masing-masing Dadak Merak diberi tulisan negara peserta. Nanti bisa untuk foto kenang-kenangan," ujarnya.

Risma juga akan mengajak para peserta keliling kampung Surabaya yang masing-masing memiliki nilai khas, seperti Kampung Nelayan Kenjeran, Kampung Lontong, Kampung Dinamo dan kampung Lawas.

Ditunjuk menjadi tuan rumah konferensi lingkungan ketiga tingkat dunia atau Preparatory Committee (PrepCom) III UN Habitat, Risma ingin mengangkat nilai lokal kota Surabaya.

Risma mengatakan, kesempatan itu akan dijadikan ajang promosi Kota Surabaya di tingkat dunia. Selain tas enceng gondok, Risma juga mengumpulkan 193 Dadak Merak atau kepala Reog untuk masing-masing perwakilan negara peserta.

Tas dari enceng gondok tersebut akan dijadikan satu dengan paket kenang-kenangan lainnya seperti makanan khas Surabaya dan atribut busana khas Surabaya.

"Untuk tas enceng gondok saja kita belanjakan sekitar Rp 2 miliar," kata Risma, Selasa (5/4/2016).

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyiapkan oleh-oleh untuk peserta konferensi lingkungan hidup tingkat dunia yang akan digelar di Surabaya, Juli mendatang. Salah satunya adalah tas dari bahan tanaman enceng gondok.